• Pengenalan

    Blog ini dikendalikan oleh pihak pengurusan pondok sebagai alternatif kepada portal rasmi madrasah
    albakriah.com

  • Sumbangan Derma

    Kami sentiasa mengalu-alukan sebarang sumbangan berbentuk zakat dan sedekah bagi tujuan kebajikan guru, pelajar dan pembangunan

    Sebarang sumbangan boleh disalurkan melalui akaun tersebut

    Tabung Madrasah Diniah Bakriah
    BIMB 03018010098410

     

  • Kandungan Blog

  • Tulisan Terbaik

  • Arkib

  • Statistik Pengunjung

    • 1,307,085 orang
  • Kandungan Blog

Kekuatan Istighfar: Penyebab Kemenangan dalam Perang

BETAPA banyak peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang kafir  yang sedang berlangsung pada saat ini, baik berupa perang urat syaraf, perang informasi, perang peradaban, perang pemikiran, maupun perang militer sebagaimana yang terjadi di Palestina, Libanon, Iraq, Afghanistan, Cechnya, Somalia, Sudan  dan lain-lainnya.

Para tentara Islam sangat memerlukan istighfar agar diberikan kekuatan oleh Allah dan dikuatkan kedudukan mereka. Allah berfiman :

وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَوَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS: Ali Imran : 146-147).

Dari sini, kita mengetahui bahwa kekalahan-kekalahan yang diderita kaum Muslimin dalam segala bidang, termasuk dalam bidang militer, karena banyaknya dosa yang mereka kerjakan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala ketika menerangkan sebab kekalahan yang diderita kaum Muslimin dalam Perang Uhud :

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.” (QS: Ali Imran : 152).

Allah juga berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْاْ مِنكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُواْ وَلَقَدْ عَفَا اللّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ

”Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS: Ali Imran : 155).

Dua ayat dari surat Ali Imran di atas, menerangkan kepada kita bahwa sebab utama kekalahan yang diderita kaum Muslimin pada perang Uhud adalah karena sebagian dari pasukan panah tidak taat kepada perintah Rasulullah ﷺ untuk tetap berada di atas bukit. Dan kalau diselidiki lebih jauh lagi, ternyata yang mendorong mereka menyelisihi perintah Rasulullah adalah keinginan mereka untuk ikut mengumpulkan harta rampasan perang. Allah mengungkapkannya dengan kalimat: ”minkum man yuridu dunya“ (sebagian dari kamu menginginkan dunia).

Kemudian pada ayat 155 dari Surat Ali Imran di atas, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang lari terbirit-birit pada Perang Uhud penyebabnya adalah dosa-dosa yang pernah mereka kerjakan pada masa lalu.  Berkata Ibnu Katsir  di dalam tafsirnya (2/146) :

ببعض ذنوبهم السالفة، كما قال بعض السلف: إن من ثواب الحسنة الحسنة بعدها، وإن من جَزَاء السيئةَ السيئة بعدها

“(Mereka digelincirkan syetan dan kalah) disebabkan karena dosa-dosa mereka yang terdahulu (sebelum berperang), sebagaimana perkataan para ulama salaf : “Sesungguhnya balasan dari perbuatan baik adalah kebaikan sesudahnya, dan sesungguhnya balasan perbuatan jelek adalah kejelekan sesudahnya,“ demikian kutip Ibnu Katsir.

Setelah itu, Allah memafkan dosa-dosa mereka. Dari sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa istighfar dan usaha untuk selalu membersihkan diri dari dosa adalah tonggak utama kekuatan untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.

Ini dikuatkan dengan firman Allah :

وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS: Ali Imran : 147).

Berkata Syeikh as-Sa’di di dalam tafsirnya ( 1/ 151 ) :

علموا أن الذنوب والإسراف من أعظم أسباب الخذلان، وأن التخلي منها من أسباب النصر، فسألوا ربهم مغفرتها.

“Mereka(tentara Islam ) mengetahui bahwa dosa-dosa dan perbuatan melampaui batas adalah sebab utama kekalahan, dan menjauhi dari dua sifat tersebut adalah penyebab kemenangan, maka mereka segera memohon kepada Allah agar Dia mengampuni mereka.“

Ayat di atas secara apik memaparkan kepada kita bagaimana proses kemenangan itu didapat:

  • Meminta ampun atas dosa dan perbuatan yang melampaui batas
  • Tegar dalam peperangan
  • Mendapat kemenangan atas orang-orang kafir

Umar bin Khattab berwasiat kepada tentara Islam yang hendak berperang:

”Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak, sebenarnya kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak seimbang dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak seimbang dengan perlengkapan mereka. Jika kita dan mereka sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih unggul dalam kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan ketaatan kita (kepada Allah), maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”

Hal ini dikuatkan dengan firman Allah :

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ

“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”  (QS: Hud: 52)

Ayat di atas menjelaskan bahwa istighfar mampu menambah kekuatan kaum muslimin. Kekuatan di sini mencakup seluruh kekuatan yang dibutuhkan kaum muslimin untuk menegakkan agama mereka.

Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ( 4/329 ) :

ومن اتصف بهذه الصفة يسر الله عليه رزقه، وسهل عليه أمره وحفظ عليه  شأنه وقوته

“Barangsiapa yang mempunyai sifat seperti ini (selalu beristighfar dan bertaubat), maka Allah akan melancarkan baginya rezekinya, dan memudahkan segala urusannya, serta menjaga kebutuhan dan kekuatannya.“

Setelah kita mengetahui sebagian dari kekuatan istighfar, alangkah baiknya, jika kita langsung mempraktekkan di dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu dengan mengetahui doa-doa istighfar yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan yang disebutkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an.

Tentunya kita tidak sekedar menghafal doa-doa tersebut, namun harus dipahami dan direnungi makna setiap lafadhnya, sekaligus mengetahui juga akan keutamaan dari doa-doa tersebut.*/Dr. Ahmad Zain An-Najah

Buat pilihan tepat

SETIAP manusia diberikan kebebasan untuk membuat pilihan dalam kehidupan dan menanggung kesan serta akibat daripada sesuatu pilihan yang dibuat. Pilihan tersebut adalah antara perkara kebaikan dan keburukan atau jalan kebenaran dan kebatilan. Allah SWT menciptakan manusia secara fitrahnya cenderung ke arah kebaikan dan kebenaran sebagaimana firman Allah dalam surah al-A’raf ayat 172 yang bermaksud: “Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) daripada (tulang) belakang mereka dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firman-Nya): “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka semua menjawab: “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi.” Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada Hari Kiamat kelak: “Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini.”

Walaubagaimanapun Allah SWT juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Justeru terpulanglah kepada kita untuk memilih sama ada mahu menerima petunjuk yang disediakan dan bersyukur dengannya ataupun menjadi orang yang ingkar terhadap kebenaran yang telah ditunjukkan. Firman Allah SWT dalam al-Quran surah al-Insan ayat 3 yang bermaksud: “(Kerana keadaan itu tidak mencukupi, maka) sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya (melalui akal dan Rasul) akan jalan-jalan (yang benar dan yang salah; maka terserahlah kepadanya) sama ada ia bersyukur (dengan beriman dan taat) ataupun ia berlaku kufur (dengan mengingkari kebenaran atau menderhaka).”

Selain membuat pilihan antara pegangan iman dan kufur, manusia juga diberikan kebebasan untuk memilih ketua dan pemimpin bagi mentadbir kehidupan bermasyarakat. Namun ajaran Islam menggariskan ciri-ciri kepemimpinan yang perlu dipertimbangkan iaitu Al-Qawiy dan Al-Amin atau kuat, cekap dan berintegriti. Perkara tersebut dijelaskan oleh Allah SWT di dalam al-Quran surah al-Qasas ayat 26 yang bermaksud: “Sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi amanah.” Kuat bermaksud mempunyai kemampuan untuk mentadbir dari sudut fizikal dan sihat tubuh badan, kemampuan berfikir dan menyelesaikan permasalahan, mempunyai daya kreativiti yang tinggi, memiliki kebijaksanaan dan melaksanakan keadilan kepada semua tanpa mengira agama dan bangsa. Manakala amanah atau berintegriti pula bermaksud seseorang yang boleh dipercayai, tidak mengambil kesempatan dengan kedudukan yang diperoleh untuk kepentingan peribadi serta menunaikan tanggungjawab yang diberikan dengan sebaik mungkin, jujur dalam kata-kata dan tidak memungkiri janji. Selain daripada kuat dan amanah, seorang pemimpin yang baik juga wajar dipilih dalam kalangan mereka yang komited melaksanakan tuntutan dan syariat Islam.

Kita juga disarankan untuk membuat pilihan bagi menyokong sebarang kempen dan seruan ke arah kebajikan. Ajaran Islam menggalakkan umatnya agar saling membantu dalam melaksanakan kerja-kerja kebajikan. Allah SWT memerintahkan setiap manusia untuk saling tolong-menolong di dalam perkara kebajikan dan ketakwaan, sebaliknya melarang dari saling membantu di dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Firman Allah SWT dalam surah al-Ma’idah ayat 2 yang bermaksud: “Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertakwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan. Dan bertakwalah kepada Allah kerana sesungguhnya Allah Maha Berat azab seksa-Nya (bagi sesiapa yang melanggar perintah-Nya).”

Antara pilihan terpenting yang perlu dibuat dalam muamalah seharian pula ialah memilih untuk memelihara hubungan silaturahim dan menjauhkan diri daripada sebarang perbalahan dan perpecahan yang merugikan. Firman Allah SWT dalam surah Ali ‘Imran ayat 103 yang bermaksud: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keterangan-Nya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayah-Nya.” Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud “Janganlah engkau semua saling benci-membenci, saling dengki-mendengki, saling belakang-membelakangi dan saling putus-memutuskan (ikatan persahabatan atau kekeluargaan) dan jadilah engkau semua hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidaklah halal bagi seseorang Muslim kalau ia meninggalkan (yakni tidak menyapa) saudaranya lebih tiga hari.” (Muttafaq ‘alaih)

Kita juga diperintahkan agar memilih untuk memelihara lisan dengan berdiam diri daripada berkata-kata yang tidak bermanfaat atau mengguris perasaan orang lain. Di dalam sebuah hadis daripada Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah ia berkata yang baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” – (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Justeru tidak ada sebarang perkataan yang dilafazkan (atau perbuatan yang dilakukan) melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang sentiasa sedia (menerima dan menulisnya). Segala bentuk dosa yang berlaku akibat daripada pertuturan lisan yang tidak terkawal hendaklah dijauhi seperti pembohongan, ucapan yang sia-sia dan melalaikan, pertengkaran, penghinaan, mempersendakan, mengaibkan, memfitnah dan pelbagai lagi. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang bermaksud: “Waspadalah terhadap pembohong! Sebab pembohong dan orang-orang yang zalim sama-sama dalam neraka” – (Riwayat Ibnu Majah). Firman Allah SWT dalam al-Quran surah al-Mu’minun ayat 3 yang bermaksud: “Dan mereka yang menjauhkan diri daripada perbuatan dan perkataan yang sia-sia.”

Hanya manusia yang membuat pilihan tepat dalam segenap urusan hidupnya serta menjadikan syariat Islam sebagai panduan akan dapat menikmati ketenangan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sebaliknya mereka yang melakukan kesilapan dalam membuat pilihan akan sering menyesal dan berharap diberikan peluang untuk membuat pilihan berulang kali sebagaimana firman Allah dalam surah al-Mu’minun ayat 99 yang bermaksud: “Kesudahan golongan yang kufur ingkar itu apabila sampai ajal maut kepada salah seorang di antara mereka, berkatalah ia: “Wahai Tuhanku, kembalikanlah daku (hidup semula di dunia).”